Minggu, 23 Juli 2017

6. The Liang Gie ( Teori Objectif & Teori Subjectif), Prosa & Puisi, Ekspresi & Intuisi

The liang gie dalam buku besar estetika menjelaskan bahwa dalam menciptakan seni , terdapat dua teori yakni teori objectif & teori subjectif.

Teori obyektif berpendapat keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estets ialah sifat (kwalitas) yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan sesorang hanyalah menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya. Persoalannya adalah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetis. Salah satu jawabannya adalah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Sebagian filsuf seni dewasa ini memberikan jawaban nilai estetis itu tercipta dengan terpengaruhinya azas-azas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda (khususnya karya seni yang diciptakan oleh seseorang). 
Teori subyektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari sipengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetis, hal ini diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap benda itu.

Prosa merupakan karangan bebas yang tidak terikat kaidah seperti terdapat pada puisi. Prosa termasuk ke dalam genre sastra selain drama dan puisi. Prosa dapat berbentuk fiksi dan ilmiah. Prosa fiksi mencakup cerpen dan novel/roman, sedangkan prosa ilmiah dapat berupa pidato, iklan, khotbah, dan lain-lain.
Prosa fiksi seperti cerpen dan novel banyak dijumpai di pasaran bebas. Disebut fiksi karena cerita yang diangkat dalam cerpen dan novel biasanya berupa cerita khayalan/tidak nyata. Namun, cerita-cerita tersebut tetap menggunakan tema-tema kehidupan nyata/realitas manusia, tetapi diolah dan disuguhkan dalam bentuk fiksi.

Puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, puisi merupakan genre yang paling tua. Genre ini telah ditemukan dalam naskah-naskah  Melayu, seperti Adat Raja-Raja Melayu dan Hikayat Sri Rama. Sebelumnya, puisi juga telah ditemukan dalam epos Mahabarata dan Ramayana yang dibawa para pedagang India sekitar abad ke-10.
Sejak saat itu, puisi (yang dulu lebih dikenal dengan pantun) berkembang di nusantara dan biasanya digunakan untuk menyampaikan amanat. Selanjutnya, fungsi puisi meluas menjadi wadah mengekspresikan pendapat/ide. Saat ini, puisi kerap digunakan untuk media kritik sosial yang mencakup realitas kehidupan masyarakat Indonesia. 
Ekspresi dalam seni merupakan curahan perasaan tertentu dalam suasana perasaan gembira, perasaan marah, dan sedih. Dalam ekspresi seni juga harus dilakukan pada saat seniman sedang “tidak marah maupun sedih”. Fungsi seni sebagai alat ekspresi merupakan fungsi yang utama dari kehadirannya, pernah dalam suatu masa, fungsi ini merupakan fungsi yang sangat ditunjolkan, bahkan mutlak, tidak dapat dicampuri oleh fungsi-fungsi yang lain. Seakan-akan merupakan hal yang tabu bilamana seni itu dicampuri dengan soal dan masalah lain. 
Intuisi adalah kemampuan memahami sesuatu tanpa melaui penalaran secara rasional , pemahaman secara tiba-tiba di luar kesadaran manusia. Misal seseorang terdorong untuk pergi ke suatu tempat atau membaca sebuah buku dan di dalam buku itu ada sesuatu yang sudah lama dia cari atau di tempat itu adalah tempat yang sangat ingin dia kunjungi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar